Kamis, 26 Juli 2012

NING NANG: Guru Besar (Prof.) di Fakultas Teknik USU

NING NANG: Guru Besar (Prof.) di Fakultas Teknik USU: Saat ini Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara memiliki 17 guru besar dari berbagai bidang keahlian tentunya masih dalam lingkup kei...

NING NANG: Biografi Soe Hok Gie

NING NANG: Biografi Soe Hok Gie: “Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…” http://www.youtube.c...

Kamis, 12 Juli 2012

Logo-logo Ikatan Mahasiswa Sipil Beberapa Kampus di Indonesia

Berikut adalah logo dari Ikatan atau Himpunan Mahasiswa Sipil beberapa kampus di Indonesia:

1. IKATAN MAHASISWA SIPIL (IMS) USU



2. HIMPUNAN MAHASISWA SIPIL ITB



3. HIMPUNAN MAHASISWA SIPIL UNHAS


 
4. IKATAN MAHASISWA SIPIL UNSRI



5. HIMPUNAN MAHASISWA SIPIL UNSYIAH



6. IKATAN MAHASISWA SIPIL UI

7. HIMPUNAN MAHASISWA SIPIL UNIV. NEGERI GORONTALO



8. HIMPUNAN MAHASISWA SIPIL UNIV. SULTAN AGENG TIRTAYASA (UNTIRTA)

  



Biografi Soe Hok Gie

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”


http://www.youtube.com/watch?v=eOpsTUygeGc 

Soe Hok Gie (17 Desember 1942–16 Desember 1969) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.

Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari Provinsi Hainan, RRT.

Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).

Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.

Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Catatan Seorang Demonstran
Catatan Seorang Demonstran

Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).

Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.

Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

Other Artikel About Gie

Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 — 16 Desember 1969 akibat gas beracun.

Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.

Soe Hok Gie di pilar triangulasi puncak Pangrango, 1967

Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Tahun depan Mira Lesmana dan Riri Reza bersama Miles Production akan meluncurkan film berjudul “Gie” yang akan diperankan oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno, Lukman Sardi dan Thomas Nawilis. Saat ini sudah memasuki tahap pasca produksi.

Catatan Seorang Demonstran

John Maxwell berkomentar, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” ujarnya. “Saya diwawancarai Mira Lesmana (produser Gie) dan Riri Reza (sutradara). Dia datang setelah membaca buku saya. Saya berharap film itu akan sukses. Sebab, jika itu terjadi, orang akan lebih mengenal Soe Hok Gie” tuturnya. 

Guru Besar (Prof.) di Fakultas Teknik USU

Saat ini Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara memiliki 17 guru besar dari berbagai bidang keahlian tentunya masih dalam lingkup keilmuan keteknikan. Saat ini FT USU sendiri terdiri dari 6 Departemen (jurusan) dan di tahun 2012 ini bertambah satu Departemen yaitu Teknik Lingkungan. Berikut nama dan sedikit profil dari guru-guru besar tersebut:
  • Teknik Sipil
  1. Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, M.Sc.
  2. Prof. Dr. Ir. Firman M.U. Tambun, M.Eng.
  3. Prof. Dr. -Ing. Johannes Tarigan
  4. Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, M.S.C.E.  
  • Teknik Mesin
  1. Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Eng.  
  2. Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, M.S.M.E.  
  3. Prof. Dr. Ir. Darmayanti Lubis  
  4. Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng.  
  5. Prof. Dr. Ir. Farel H. Napitupulu, D.E.A.  
  • Teknik Kimia
  1. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia  
  2. Prof. Dr. Ir. Muhammad Turmuzi, M.S.  
  • Teknik Elektro
  1. Prof. Ir. Rachman Siregar  
  2. Prof. Dr. Ir. Usman S. Baafai, Dipl. Ing.  
  • Teknik Industri
  1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E.  
  2. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng.  
  3. Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, D.E.A.  
  • Teknik Arsitektur
  1.    Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D.

Terima kasih, dan semoga ada manfaatnya..
hahahahahahah.. 

Rabu, 11 Juli 2012

sekumpulan anak muda itu


Sekumpulan anak muda itu
sibuk membicarakan tentang perkelahian yang mereka alami kemaren sore
dengan bersemangat mencoba peragakan apa yang mereka lakukan
sambil bertingkah seperti sedang meninju, menunjang dan sesekali melompat
mereka coba gambarkan sengitnya perkelahian itu
lalu disisipi dengan tawa terbahak menandakan kemenangan, mungkin kepuasan

Sekumpulan anak muda itu
asik bercerita tentang pasangannya masing masing
yang satu menjelaskan betapa perhatian jantung hatinya
seorang lain berusaha meyakinkan wanitanya lah yang tercantik
dan yang lain berusaha mencari kata yang tepat tuk gambarkan kemolekan kekasihnya
lalu sesekali berbisik saat kisah yang tak semua orang boleh tahu

Sekumpulan anak muda itu
bersemangat membahas tentang kebobrokan birokrasi, berapi api
saling bertukar pengalaman buruk saat berurusan dengan tangan tangan pemerintah, selir selir hukum, juga tuan dan nyonya dari roda ekonomi yang semakin banyak saja melindas ketidakberdayaan si miskin dan si bukan siapa siapa
berorasi kalau di kolong jembatan sana ada puluhan kepala yang pusing memikirkan besok akan makan apa dari kantong si dermawan mana
lalu mencaci maki keadaan di negara yang dibesarkan oleh darah dan nyawa ini

Sekumpulan anak muda itu
berkonsentrasi untuk ujian minggu depan, belajar
untuk hidup yang lebih baik lah, masa depan yang cerah, membahagiakan orang tua dan banyak lagi seperti yang biasa dituliskan dalam dongeng dongeng terbaik dari para penghayal berbakat di negeri ini
mendiskusikan teori teori para filsuf terkenal di muka bumi ini, pastinya dengan teman bertukar pikiran yang menurutnya paling tepat
lalu pada waktunya sembahyang dan berdoa tentunya

Sekumpulan anak muda itu
serius mencoretkan gambar gambar terbaiknya di tembok tembok kosong
latihan menendang, menulis, berenang atau apalah yang paling sesuai dengan bakat terpendam miliknya yang dibawa sejak lahir
mengisi sisi sisi kosong dari pelitnya putaran waktu dengan hal hal yang baik sesuai pendapat orang orang yang berbakat dalam memberi pendapat
lalu jika perlu, memberi tanda harga pada setiap karya yang mereka nilai


Sekumpulan anak muda itu
menghabiskan malam bermain gitar
menyayi dengan suara asal, dengan lagu yang berusaha mereka cocok cocokkan dengan apa yang sedang mereka alami, yang sedang melanda relung hati
dengan minuman tentunya
tak akan pekat malam sanggup takuti mereka tuk tidur dalam pangkuan mimpi

sementara di sudut sana
sekumpulan anak muda mengantuk mencium malam yang semakin bertekuk lutut di kaki porak porandanya dunia ini dan bengisnya tiap kisah di kitabnya
tentang iya atau tidak, sekedar menang atau kalah, dan begitu beratinya benar dan salah

22.10.2010


tiba tiba aku merasa sangat ingin ditemani seseorang
bercerita apa yang sedang kupikirkan, kurasakan

putra amantha hasibuan

KALENDER AKADEMIK USU T.A. 2012-2013